Jenis-Jenis Klausa
Klausa dalam bahasa Indonesia
sangat beragam. Kita dapat membedakan
klausa-klausa itu berdasarkan kategorinya, yakni (1) kelengkapan strukturnya, (2) kata
negatif yang digunakannya, (3) jenis kata yang menduduki predikat, dan (4) kedudukannya
dalam kalimat.
1. Berdasarkan Kelengkapan Strukturnya
Berdasarkan
kelengkapan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu klausa
lengkap dan klausa tak lengkap.
a. Klausa Lengkap
Klausa lengkap adalah klausa yang terdiri atas
subjek (S) dan
predikat (P), baik disertai objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (K) maupun tidak.
Klausa ini
dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis, yakni (1) klausa lengkap umum (susun
biasa) dan (2) klausa lengkap inversi.
1) Klausa lengkap umum adalah klausa lengkap susun biasa, yaitu
klausa lengkap yang subjeknya terletak di depan predikat.
klausa lengkap yang subjeknya terletak di depan predikat.
Contoh:
a) anaknya sangat pandai
S P
b) Lala rajin berdoa
S P
2) Klausa lengkap inversi adalah klausa lengkap susun balik, yaitu
klausa yang subjeknya terletak di belakang predikat.
klausa yang subjeknya terletak di belakang predikat.
Contoh:
a) sangat pandai anaknya
P S
b) rajin berdoa Lala
P S
b. Klausa Tak Lengkap
Klausa tak lengkap adalah klausa yang hanya memiliki
unsur predikat
dan tidak memiliki unsur subjek. Dapat saja predikatnya disertai dengan objek, pelengkap, dan keterangan.
Klausa tak lengkap biasanya muncul dalam
kalimat jawaban dan kalimat majemuk sebagai akibat penggabungan dengan klausa lain yang subjeknya sama.
Contoh:
a)
sedang
belajar (sebagai jawaban atas pertanyaan "Rani sedang
apa?")
b)
ke sekolah
(sebagai jawaban atas pertanyaan "Pergi ke mana
dia?")
2. Berdasarkan Penggunaan Kata Negatif
Berdasarkan ada tidaknya kata
negatif di dalamnya, klausa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu klausa positif dan
klausa negatif.
a. Klausa Positif
Klausa
positif adalah
klausa yang tidak memiliki kata negatif atau pengingkaran pada
predikatnya.
Contoh:
1)
Lita siswa
yang paling rajin
2) Kak Rahmat bekerja di Solo
b. Klausa Negatif
Klausa
negatif adalah klausa
yang memiliki kata negatif atau pengingkaran pada predikatnya. Kata-kata
negatif itu ialah tidak,
tak, tiada, bukan, belum, jangan.
Contoh:
1)
Lita bukan
siswa yang paling rajin
2) Kak Rahmat tidak bekerja di
Solo
3) janganlah melupakan nasihat orang tua
3. Berdasarkan Kelas Kata pada Unsur Predikat
Berdasarkan jenis
kata yang membentuk predikatnya, klausa dapat dibagi ke dalam beberapa jenis,
yakni sebagai berikut.
a. Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa kata benda
(nomina).
Contoh:
a)
kakakku seorang
penulis buku
b)
ayahnya pengajar
di sekolah ini
c)
mereka guru
yang rajin
d)
yang
mengambil buku ini Haris
b. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berupa kata kerja (verba).
Klausa verbal dapat
diklasifikasikan lagi, yakni sebagai berikut.
1) Klausa verbal aktif adalsh klausa verbal yang predikatnya menyatakan
perbuatan aktif sehingga subjeknya berfungsi sebagai
pelaku.
Contoh:
a)
Ahmad membaca
surat
b)
Bu
Halimah memasak sayuran
2) Klausa
verbal pasif adalah klausa yang predikatnya menyatakan
perbuatan pasif sehingga subjeknya berfungsi sebagai
penderita.
Contoh:
a)
surat dibaca
Ahmad
b)
sayuran dimasak
Bu Halimah
3) Klausa verbal refleksif atau medial adalah klausa verbal yang
predikatnya menunjukkan perbuatan yang mengenai pelaku
perbuatan itu sendiri. Pada umumnya, kata kerja ini
berbentuk kata kerja me{N)- diikuti kata diri.
Contoh:
a)
janganlah
menyakiti diri sendiri
b)
Haris menyembunyikan
sesuatu di dalam hatinya
4) Klausa
verbal resiprokal adalah klausa
verbal yang predikatnya menyatakan
perbuatan kesalingan atau berbalas-balasan. Kata kerja ini
berbentuk (sating), meN-, (sating) ber-an dengan proses pengulangan atau
tidak.
Contoh:
a)
kesebelasan
itu sating menyerang tiada henti
b)
pada
akhirnya, tanya jawab itu berujung pada saling pengertian
Berdasarkan jumlah argumennya,
klausa verbal dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Klausa verbal transitif, yaitu klausa verbal
yang predikatnya terdiri
atas kata atau frasa verbal yang membutuhkan objek atau pelengkap. Klausa verbal
transitif dapat dibedakan lagi menjadi
tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Klausa
verbal ekstransitif, yaitu klausa verbal yang predikatnya
diikuti objek.
Contoh:
(1) pekerjaannya membaca surat-surat
masuk
(2) seharian ia memperbaiki sepedanya
b) Klausa
verbal dwitransitif, yaitu
klausa verbal yang predikatnya
diikuti oleh objek dan pelengkap.
Contoh:
(1)
Rudi
menamai ayam kesayangannya si Jagur
(2)
Pak Hasto membelikan istrinya
buku masak-memasak
c) Klausa
verbal semitransitif, yaitu klausa verbal
yang predikatnya diikuti pelengkap.
Contoh:
(a)
Hasan
sedang belajar menulis
(b) Indonesia merupakan negara
berdasarkan Pancasila
2) Klausa verbal tak
transitif, yaitu klausa verbal yang predikatnya terdiri atas kata atau frasa yang
tidak membutuhkan objek atau
pelengkap.
Contoh:
a)
padinya
sudah menguning
b)
jalanan
ini terus menanjak
c. Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berupa kata sifat.
Contoh:
1)
orangnya baik
hati
2)
baju orang
itu putih-putih
d. Klausa numeralia adalah klausa yang predikatnya berupa kata bilangan.
Contoh:
1)
kambingnya
dua ekor
2)
kawan Pak
Ahmad tiga orang
e. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa kata depan
(preposisi).
Contoh:
1)
ia akan ke
sekolah besok
2) bajunya dari toko ini
4. Berdasarkan
Kedudukannya dalam Kalimat
Dalam hal ini, klausa dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
klausa bebas dan klausa terikat.
a. Klausa Bebas
Klausa
bebas adalah
klausa lengkap yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Dalam
kalimat majemuk, klausa bebas
memiliki status yang utama. Bahkan, klausa bebas dianggap sebagai induk kalimat.
Oleh karena itu, klausa bebas sering
pula disebut klausa utama atau klausa inti.
Contoh:
1)
Ketika
hujan lebat, kami sudah sampai di rumah.
2) Adiknya masih SMP, sedangkan dia sendiri sudah SMA kelas X.
3)
Ia terus
saja mempelajari buku ini sehingga
ia betul-betul hafal semua rumus di dalamnya.
b. Klausa
Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang menjadi bagian
dari klausa lain.
Klausa terikat disebut juga dengan klausa bawahan, klausa sematan, klausa nonfinal, atau anak kalimat. Klausa terikat memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1)
Selalu
terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat.
2)
Posisi
klausa terikat dalam kalimat majemuk bertingkat dapat
berpindah-pindah, dapat sebelum klausa inti atau sesudahnya.
3)
Klausa
terikat selalu diawali oleh kata sambung atau konjungsi
tidak setara (subordinatif), seperti konjungsi ketika,
sebab, bahiva, meskipun, sesudah,
semenjak, atau sebelum.
4)
Klausa
terikat dalam kalimat majemuk bertingkat selalu menduduki
salah satu fungsi, misalnya subjek, objek, pelengkap, keterangan,
atau atribut subjek,
objek, pelengkap, dan keterangan.
Contoh:
1)
Orang
berbaju putih itu masih
saudara saya.
2)
Ayahnya seorang
yang rendah hati.
3)
Setiap
pagi Rina memberi singkong yang sudah digilingnya
itu
kepada ikan-ikan di kolam itu.
4)
Sejak kakaknya kuliah di Bandung,
ia selalu menemani ibunya yang sudah tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar